Crystal Palace harus menerima kenyataan pahit setelah Badan Pengawas Keuangan Klub UEFA (CFCB) memutuskan untuk menurunkan mereka dari Liga Europa ke Liga Konferensi Eropa. Penyebabnya adalah kedekatan kepemilikan antara Palace dan Olympique Lyon, yang dianggap melanggar aturan multi-klub UEFA. Dibawah ini anda akan melihat informasi mengenai sepak bola menarik hari ini yang telah dirangkum oleh FOOTBALL DOLPHINS OFFICIAL.
John Textor, pemilik mayoritas Eagle Football Holdings, memegang 77% saham Lyon sekaligus 43,9% saham Palace. Padahal, UEFA melarang kepemilikan ganda di atas 30% pada klub yang bersaing di kompetisi Eropa yang sama. Meskipun Palace berargumen bahwa Textor tidak terlibat dalam manajemen operasional klub, UEFA tetap bersikukuh dengan keputusannya.
Palace sebenarnya telah memulai proses penjualan saham Textor kepada Woody Johnson, pemilik New York Jets, namun melewatkan batas waktu kepatuhan yang ditetapkan UEFA pada 1 Maret. “Kami terkejut dengan keputusan ini. Proses penjualan sudah berjalan, tapi UEFA tetap memberikan sanksi,” keluh Textor.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Dampak Keputusan, Nottingham Forest Naik, Palace Harus Lalui Kualifikasi
Akibat penurunan ini, Nottingham Forest yang awalnya akan bermain di Liga Konferensi kini dipromosikan ke Liga Europa. Sementara Palace harus melewati babak kualifikasi Liga Konferensi, dengan imbalan finansial yang lebih rendah dibandingkan Liga Europa.
Keputusan ini dinilai tidak adil oleh manajemen Palace, terutama karena mereka lolos ke Liga Europa setelah menjuarai Piala FA, mengalahkan Manchester City di final. Namun, Lyon yang seharusnya bermain di Liga Konferensi justru mendapatkan tempat di Liga Europa karena PSG menjuarai Coupe de France.
Steve Parish, ketua Crystal Palace, menyatakan kekecewaannya: “Ini hari buruk bagi sepak bola. Kami dihukum karena aturan teknis yang tidak relevan dengan situasi kami.” Palace berencana mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), meski peluang keberhasilannya belum jelas.
Baca Juga: Dari Akademi City ke Chelsea, Rahasia Kesuksesan Duet Palmer-Delap
Perbedaan Perlakuan UEFA Dibandingkan Kasus Lain
Keputusan UEFA ini menuai kritik karena dianggap tidak konsisten. Sebelumnya, klub seperti Girona (yang terkait dengan Manchester City melalui City Football Group) dan Manchester United (yang memiliki hubungan kepemilikan dengan Nice melalui INEOS) diizinkan bermain di kompetisi Eropa dengan syarat tertentu.
UEFA pernah mengizinkan pengalihan kepemilikan ke “blind trust” untuk mencegah konflik kepentingan. Namun, aturan baru yang berlaku mulai musim ini memperketat batas waktu kepatuhan, membuat Palace dan klub lain seperti Drogheda United (Irlandia) serta DAC Dunajska Streda (Slovakia) terkena sanksi.
“Kasus Palace berbeda karena proses penjualan sudah berjalan, tapi UEFA tetap memberlakukan hukuman. Ini menunjukkan ketidakjelasan regulasi,” ujar seorang analis sepak bola.
Masa Depan Regulasi Multi-Klub dan Proses Banding Palace
Keputusan terhadap Palace menandai era baru penerapan ketat aturan multi-klub oleh UEFA. Sebelumnya, belum ada klub besar yang dikeluarkan dari kompetisi Eropa karena masalah ini. Namun, kasus Palace, Drogheda, dan Leon (yang dikeluarkan dari Piala Dunia Antarklub) menunjukkan perubahan sikap UEFA.
Palace kini berharap CAS dapat membatalkan keputusan UEFA. “Kami yakin memiliki argumen kuat. Ini bukan tentang kepemilikan aktif, tapi sekadar kepemilikan saham yang sedang dalam proses dijual,” kata seorang sumber internal klub.
Jika banding gagal, Palace harus fokus pada kualifikasi Liga Konferensi. Namun, yang lebih penting, kasus ini bisa menjadi preseden bagi klub lain yang terlibat dalam kepemilikan multi-klub, memaksa mereka lebih hati-hati dalam mematuhi regulasi UEFA di masa depan. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang berita sepak bola terupdate lainnya hanya dengan klik footballdolphinsofficial.com.